Memahami Profesi Content Creator dengan Lebih Mendalam

Memahami Profesi Content Creator dengan Lebih Mendalam

Memahami Profesi Content Creator dengan Lebih Mendalam –  Belakangan ini, kawasan Stasiun Sudirman telah menjadi salah satu tempat favorit bagi para remaja urban untuk bertemu. Fenomena ini semakin meningkat setelah banyak content creator di platform TikTok yang membuat konten dengan mewawancarai pengunjung area tersebut, sehingga lokasi ini menjadi populer di kalangan remaja dari Citayam, Bojong Gede, dan Depok. Situasi ini menjadi perhatian publik, termasuk petinggi negara seperti Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.

Memahami Profesi Content Creator dengan Lebih Mendalam

Memahami Profesi Content Creator dengan Lebih Mendalam

elcontentcurator – Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, ditemukan bahwa sebagian besar remaja tersebut merupakan pelajar yang putus sekolah akibat kondisi perekonomian keluarga yang terbatas. Menanggapi fenomena tersebut, Menteri Sandiaga Uno berinisiatif untuk memberikan beasiswa bagi mereka yang putus sekolah. Namun, sayangnya, niat baik mantan Gubernur DKI Jakarta ini ditolak oleh salah satu remaja dari Citayam yang sering muncul di TikTok, yaitu Roy.

Roy menyatakan bahwa ia hanya ingin fokus menjadi content creator, meskipun mendapat kesempatan untuk kembali bersekolah dengan beasiswa dari menteri. Setelah viral di TikTok, ia berhasil memperoleh penghasilan mandiri dan merasa bahwa pendidikan formal tidak menjamin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pernyataan Roy tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai mengapa profesi content creator, yang belakangan ini populer di kalangan generasi Z, menjadi pilihan karir mereka tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang.

Menurut pandangan saya, keputusan para remaja tersebut untuk memilih profesi ini sebagian besar dipengaruhi oleh kemudahan untuk menghasilkan uang sebagai content creator. Namun, terdapat banyak kesalahpahaman terkait pekerjaan ini yang dianggap mudah dan tidak memerlukan usaha yang signifikan. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan profesi content creator dan apakah benar bahwa profesi ini tidak memerlukan pendidikan formal?

 

Baca Juga :Jurusan Kuliah untuk Menjadi Content Creator

 

Proses kreativitas yang kompleks dalam dunia content creation

Selama ini, profesi content creator sering kali dipandang sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat segera memberikan keuntungan finansial. Terlebih lagi, banyak selebriti yang beralih ke platform YouTube untuk menjadi content creator dengan beragam konsep. Fenomena ketenaran melalui media sosial menciptakan anggapan bahwa pekerjaan ini dapat memberikan akses kepada remaja untuk memperoleh uang secara instan.

Padahal, sebenarnya, para content creator tidak hanya diharuskan untuk membuat konten. Mereka perlu memikirkan berbagai aspek, mulai dari pengembangan ide konten, penyediaan materi, produksi, pengeditan, pemasarannya, hingga evaluasi konten yang telah dihasilkan. Seorang content creator harus mampu menghasilkan ide yang orisinal agar dapat membedakan diri dari content creator lainnya, sehingga diperlukan riset dan proses produksi yang tidak singkat.

 

Baca Juga : Rekomendasi Mainan untuk Anak Laki-laki 

 

Menurut informasi yang diperoleh dari Betterteam, untuk menjadi seorang content creator yang sukses, individu tersebut harus mampu menarik minat konsumen dengan menyajikan materi yang menarik. Akhirnya, pembuat konten yang berkualitas dapat mempromosikan karyanya ke berbagai pihak. Selain itu, dalam kapasitasnya sebagai content creator, individu tersebut juga memikul tanggung jawab sebagai pencipta konten, yang mengharuskan mereka berhati-hati dan mematuhi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) agar tidak terjerat masalah hukum akibat konten yang dihasilkan.

Pendidikan sebagai Kunci untuk Meningkatkan Karir Content Creator

Dengan demikian, tampak jelas bahwa meskipun profesi content creator menawarkan peluang yang menarik, pendidikan tetap memainkan peranan penting dalam mengembangkan karir di bidang ini.
Menanggapi pernyataan seorang remaja dari Citayam yang menyatakan ketidakinginannya untuk melanjutkan pendidikan formal demi fokus menjadi content creator, saya berpendapat bahwa sikap tersebut kurang tepat, karena menganggap pendidikan tidak mempunyai nilai guna di masa depan. Menjadi seorang content creator memang tidak selalu mensyaratkan seseorang untuk meraih gelar sarjana terlebih dahulu, namun memiliki gelar pendidikan dapat memberikan berbagai keuntungan yang signifikan di masa mendatang.

Apabila minat publik terhadap suatu konten mengalami penurunan, seorang content creator perlu berupaya untuk menemukan ide-ide baru guna tetap relevan dalam industri tersebut. Setiap tahun, muncul konten-konten inovatif yang lebih menarik minat masyarakat, sehingga para content creator dituntut untuk selalu memiliki gagasan segar agar mampu bersaing dengan rekan-rekan yang baru. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peranan penting dalam memperluas wawasan dan cara berpikir seorang content creator.

Pendidikan juga berfungsi sebagai salah satu jalur untuk mencari alternatif karir atau mengembangkan karir yang sudah ada. Jika seseorang tidak lagi dapat berprofesi sebagai content creator, individu yang memiliki gelar di bidang terkait memiliki peluang untuk mengejar jalur karir lainnya tanpa harus khawatir akan kurangnya keterampilan. Terdapat berbagai jenjang karir yang dapat diraih oleh seorang content creator, mulai dari penulis, editor, spesialis pemasaran, manajer pemasaran, hingga manajer konten website atau manajer media sosial.

Untuk mencapai jenjang karir tersebut, tentu saja dibutuhkan pendidikan formal. Gelar di bidang komunikasi, bahasa Inggris, multimedia, jurnalistik, pemasaran, dan bisnis sangat berharga. Singkatnya, menjadi seorang content creator tidak sekadar mengikuti tren konten yang sedang viral, tetapi untuk bertahan dalam industri kreatif, penting bagi individu tersebut untuk mengembangkan kemampuan serta memiliki latar pendidikan yang memadai guna menciptakan konten yang berkualitas dan berkelanjutan.

Brian Williams

Learn More →